Sukses

Pemberangkatan Jamaah Haji Indonesia ke Arafah Dibagi 3 Gelombang

Gelombang I dari jam 08.00-12.00; gelombang II dari jam 12.00- 16.00; dan gelombang III dari jam 16.00-22.00.

Misi Haji Indonesia bersama dengan muassasah atau asosiasi pelayanan haji akhirnya menyepakati sistim dan mekanisme pergerakan jamaah haji Indonesia dari pemondokan ke Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina). Pergerakan itu mencakup pemberangkatan jamaah haji dari pemondokan di Mekah ke Arafah, dari Arafah ke Muzdalifah, dari Muzdalifah ke Mina, serta dari Mina kembali lagi ke pemondokan di Mekah.

Demikian disampaikan Direktur Pelayanan Haji Sri Ilham Lubis kepada Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Mekah usai mengikuti pertemuan antara muassasah dengan 48 ketua maktab yang melayani jamaah haji Indonesia, seperti dikutip Liputan6.com, Jumat (4/10/2013).

"Pertemuan dilakukan dalam rangka persiapan untuk pelayanan pemberangkatan jamaah haji dari pemondokan di Mekah ke Arafah, dari Arafah ke Muzdalifah, dari Muzdalifah ke Mina dan dari Mina kembali lagi ke pemondokan di Mekah," kata Sri Ilham.

Menurut Sri Ilham, setidaknya ada 2 poin kesepakatan yang kemudian disosialisasikan kepada para ketua maktab. Kesepakatan pertama adalah memberlakukan jadwal pemberangkatan jamaah haji dari pemondokan ke Arafah dalam 3 gelombang, yaitu: gelombang I dari jam 08.00-12.00; gelombang II dari jam 12.00- 16.00; dan gelombang III dari jam 16.00-22.00.

"Selama ini jadwal pemberangkatan diserahkan pada kesepakatan antara maktab dengan perangkat kloter. Sekarang tidak, jadwal didasarkan pada apa yang sudah disepakati misi haji Indonesia dengan muassasah," tegas Sri Ilham.

Termasuk dalam kesepatakan ini adalah pengaturan pemberangkatan yang mendahulukan jamaah haji di wilayah pemondokan yang padat lalu lintasnya, seperti Jarwal, Misfalah, dan Ma’abdah. Menurut Sri Ilham, pada 8 Zulhijah pagi, jalanan di Mekah relatif masih sepi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk memberangkatkan jamaah haji sebanyak-banyaknya. "Itu yang akan diberangkatkan terlebih dahulu sehingga seluruh jamaah haji diharapkan sudah bisa berada di Arafah sebelum pukul 10 malam," tutur Sri Ilham.

Dia menambahkan, pada tahun-tahun sebelumnya, pemberangkatan maktab dilakukan dengan sistem qur`ah: siapa yang dapat duluan, mereka yang diberangkatkan lebih dahulu tanpa mempertimbangkan lokasi pemondokan jamaah haji itu sendiri. "Tahun ini kita ingin yang diberangkatkan dulu adalah jamaah pada wilayah yang memang padat lalu lintasnya seperti Ma`abdah, Rei Zahir, Jarwal, dan Misfalah, sehingga saat lalu lintas sudah mulai padat, jemaah di wilayah itu sudah berada di Arafah," ujarnya.

Kesepakatan yang ke dua menyangkut pelibatan misi haji Indonesia dalam setiap kegiatan orientasi lapangan. Dijelaskan oleh Sri Ilham bahwa setelah maktab menerima informasi tentang tenda yang akan ditempati jamaah haji Indonesia, para ketua maktab biasanya mengajak ketua-ketua kloter meninjau lapangan (orientasi lapangan) untuk mengetahui di mana lokasi tenda penempatan jamaah haji. "Dulu, itu dilakukan hanya antar mereka sendiri, ketua maktab dengan ketua kloter," katanya.

"Sekarang, kita minta daker senantiasa dilibatkan sehingga kami pun tahu sejak awal bagaimana peta penempatan jemaah haji kita dan nantinya bisa dibuat denah tersendiri, sehingga kita bisa tahu persis di mana di mana posisi setiap kloter yang ditempatkan sejak awal," imbuh Sri Ilham.

Dia menegaskan bahwa hal ini penting agar setiap ada permasalahan di Maktab, misi haji Indonesia bisa mendeteksi lebih awal karena sudah ada denah penempatan jemaah haji, baik di Arafah maupun di Mina. "Dua hal pokok ini yang dibahas dalam pertemuan antara misi haji Indonesia, muasasah, dan para ketua maktab. Kami  menyepakati jadwal pemberangkatan jemaah serta pelibatan sektor dan daker  dalam orientasi lapangan; tidak hanya perangkat kloter saja," tambah Sri Ilham.

Disinggung mengenai manfaat dari kesepakatan ini, Sri Ilham menjelaskan tentang adanya kepastian pemberangkatan jamaah haji Indonesia, kepastian tentang  jumlah bus yang diberikan, serta kepastian setiap masalah di lapangan bisa segera diambil tindakan. "Ini merupakan hal baru dan pihak muasasah mensosialisasikan kebijakan baru ini kepada para ketua maktab," ujar Sri Ilham.

Adapun sebelumnya, pemerintah Arab Saudi meminta jamaah haji Indonesia memperpendek masa mabit (bermalam) di Muzdalifah. Permintaan itu disampaikan saat pertemuan dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi pada Rabu malam silam waktu setempat.

"Pihak Muassasah dan Maktab juga telah meminta komitmen kita sebagai penyelenggara (haji Indonesia) agar bisa menaati jadwal pemberangkatan ke Armina, khususnya dari Musdalifah ke Mina," ujar Muchlis Hanafi, Wakil Ketua PPIH Indonesia dalam konferensi pers di Kantor Urusan Haji Indonesia (KUHI) Arab Saudi di Jalan Turki King Abdul Azis, Jeddah, Kamis siang. (Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.